ENGKAULAH CAHAYA ITU
Cahaya itu ada di tubuhmu. Sebagaimana udara mengabarkannya kepada siapa saja, “Ya, kami lihat aura di tubuhmu. Memoles tubuh hingga terasa kilaunya.” Suara itu adalah suara kesejatian, the voice of authenticity. Suara itu adalah bukti yang memperjelas bahwa cahaya yang menuai pujian atas dirimu adalah karena caramu menjaga integritas diri. Integritas kesabaran dan kerendahan hati untuk tak menampak-nampakkan kemampuan diri kepada siapa saja. Cahayamu adalah cara menolong siapapun tanpa pilih kasih. Seperti halnya wangi tubuhmu, yang kau tebar tanpa beban di ruang semestinya juga yang tak semestinya. “Rasanya sedikit sekali yang sesanggup dirimu karena kebanyakan orang takut wangi hilang dari tubuhnya,” begitulah suara pengakuan yang menyeruak, menjelaskan kenapa dan bagaimana cahaya berproses.
Cahaya atau ‘nur’ itu kini tak hanya melekat di pikiranku, tapi juga pikiran siapa saja. Menjadi kerinduan tanpa henti. Memahami kehendak Illahi tentang kebaikan dan kebajikan. Bahwa kebaikan prasangka adalah ibu segala pikiran dimana cahaya bermuasal.
Hotel Erina Selong, Selasa 20 Agustus 2019
(menjelang adzan subuh berkumandang)
